Kamis, 29 September 2011

The Adventure of Sayuri Hayami #13

picture courtessy of wall-mural.eu


Mereka berjalan bertiga dalam suasana kikuk yang janggal. Terutama bagi Masumi dan Kazumi. Sesekali mata Sayuri melirik setengah jahil setengah curiga ke arah ayahnya, yang dibalas pelototan gemas dari Masumi. Dan segera saja gadis cilik itu terkikik geli setiap melihat reaksi ayahnya, membuat Masumi semakin gemas pada kelakuannya.

Sementara Kazumi, berusaha bersikap tenang, walau tak dipungkirinya, hatinya tengah ribut bertalu-talu seakan ada penabuh genderang yang tengah beraksi di dalam jantungnya. Wajahnya pun masih terasa panas dan ia yakin, jika ia bercermin pasti dia akan menjumpai seraut wajah serupa kulit kepiting rebus.

Diam-diam Masumi mencuri-curi mengamati Kazumi. Dan begitu ia melihat Kazumi, dia semakin yakin, seyakin-yakinnya, gadis yang berjalan di sebelahnya adalah Maya Kitajima.

Ingatan Masumi segera melayang pada kejadian konyol yang menimpanya bersama Kazumi saat di paviliun. Hampir saja dia tak mampu mengendalikan diri untuk tidak mencium Kazumi saat dia tengah menahan gadis itu agar tidak jatuh. Kalau saja Sayuri tidak segera muncul, mungkin anak gadis kecilnya itu akan menemukan mereka dalam posisi yang lebih memalukan.

Jujur, ada sekelumit perasaan kecewa menyelinap di hati Masumi dengan kehadiran Sayuri yang tiba-tiba tadi. Andai saja Sayuri tidak ada, pasti dia akan kelepasan mencium Kazumi dan hal itu bisa mengobati rasa penasarannya akan keberadaan Maya sebagai Kazumi. Setidaknya, ia masih mengingat rasa saat ia mencuri kecupan di bibir Maya.

Perlahan Masumi menghela nafas.

‘Maya, apakah kau tak mendengar suara hatiku ini?’

Di sisi lain, Kazumi pun tampak asyik dengan pikirannya. Dengan sedikit rona merah yang masih tertinggal di pipinya, Kazumi masih teringat kejadian di paviliun tadi. Bagaimana secara tanpa sadar tubuhnya bereaksi terhadap keintiman yang tak sengaja tercipta antara dirinya dan tuan Hayami. Bahkan, seandainya saja Sayuri tidak muncul mengagetkan mereka, dia pasti akan membiarkan tuan Hayami mencium dirinya. Pesona magis yang tercipta di antara dirinya begitu membiusnya, hingga seluruh sel dalam dirinya mengayun lembut ke arah tuan Masumi. Ibarat dua kutub magnet yang berlawanan, saling menarik satu sama lain.

Kazumi menghela nafas. Udara sore di Desa Momiji begitu cerah, sesekali hembusan angin membawa kesejukan di lembabnya cuaca musim panas.

’Aroma ini?’

Kembali, hidung Kazumi menangkap bau parfum Masumi yang terbawa hembusan angin. Lagi-lagi, ia merasa begitu dekat dan mengenal wangi parfum yang berbaur dengan aroma maskulin khas seorang Masumi Hayami.

”Pak Masumi....”

Kazumi berbisik pelan, nyaris tak terdengar. Ia mencoba menggali ingatannya kembali, karena, entah mengapa, saat di paviliun tadi, secara natural, dari bibirnya meluncur nama itu. Seolah memang begitulah seharusnya adanya.

Dan saat pandangan matanya beradu dengan tatapan mata Masumi, seakan ada jutaan benang emas berpendar di antara mereka berdua, membentuk jalinan indah yang melingkupi mereka berdua. Begitu hangat dan menenangkan. Seolah Kazumi telah menemukan tempatnya berlindung, tempatnya berpulang dan mempercayakan hatinya.

Debaran jantung Kazumi semakin jadi tak menentu. Berjalan berdampingan dengan Masumi semakin membuat irama jantungnya berdetak tidak wajar. Dan ia suka. Amat menyukai perasaannya ini.

’Apakah...? Tapi, bagaimana bisa...?’

Pipi Kazumi semakin merona di antara lamunannya. Dan Masumi pun semakin asyik mengamati sosok gadis yang berjalan di sampingnya. Mengingat setiap detil wajah dan perubahan raut mukanya.

‘Ini Maya Kitajima! Tak salah lagi, ini Maya Kitajima!’

”Paman Hijiri! Paman Maeda!”

Seruan ceria Sayuri menyadarkan Masumi, membuat segera mengalihkan pandangannya. Dan benar saja, Hijiri dan Takahiro ternyata memang berada di ujung jalan tikungan yang akan mereka lalui. Sayuri pun berlari mendekati  Hijiri dan Takahiro yang berdiri menanti dan tersenyum menyambutnya.

”Eh paman, tahu tidak, tadi ayah... Auw! Sakit ayah!”

Sayuri menggeliat dan melotot sengit ke arah ayahnya yang telah menekan pundak mungilnya. Tapi demi melihat tatapan penuh peringatan dari ayahnya, Sayuri pun tahu, ia tak boleh sembarangan berbicara. Apalagi ini menyangkut Kazumi, tunangan Takahiro yang kini menatap penuh tanda tanya ke arahnya.

Hijiri diam mengamati bahasa tubuh atasan dan putri kecilnya itu. Ia menduga, pasti telah terjadi sesuatu di antara Kazumi dan Masumi. Entah apa, namun ia yakin, jika sampai Masumi bersikap seperti itu kepada Sayuri, tentulah bukan hal yang patut dibicarakan di depan Takahiro.

Takahiro tersenyum geli pada Masumi yang menatap ke arahnya dengan pandangan, ‘Tidak usah didengarkan, biasa, anak-anak.’

“Selamat sore, Sayuri-chan, bagaimana rasanya tinggal di desa paman? Asyik bukan?”

“Asyik sekali paman Maeda! Sayuri senang tinggal di sini, apalagi nona Okada juga baik sekali. Eh, nona Okada mana ya?”

Bersama-sama, keempat pasang mata kini beralih pandangan, mencari keberadaan Kazumi. Dan ternyata, Kazumi masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia terus melangkah melewati jalan utama dan kini berjalan di pematang sawah, bahkan ia juga tidak menyadari jika saja dia sudah hampir masuk ke dalam parit kecil untuk irigasi sawah.

“Awas!”

Sesosok tubuh melesat, berusaha menyelamatkan Kazumi yang sedikit lagi tercebur ke dalam parit. Kazumi tersentak kaget, merasakan sebuah tangan menarik tubuh mungilnya, membuat ia oleng dan jatuh menimpa sosok yang menariknya.

“Kyaaa!!!”

Tubuhnya tanpa ampun jatuh menimpa sosok pria yang  menariknya dan terjerembab bersama di rumput tebal pematang sawah. Wajah Kazumi menempel erat pada dada bidang berkemeja biru langit.

‘Aroma ini?’

Lagi-lagi Kazumi mencium harum khas yang menggugah perasaannya. Memberikan ketenangan dan perlahan menyebarkan hangatnya perasaan nyaman. Degup jantungnya seirama dengan suara degup jantung yang didengar telinganya. Perlahan Kazumi mengangkat wajahnya dan segera pandangan matanya bertemu dengan mata tajam yang begitu memasung jiwanya.

‘Eh?!?’

Bagai tersengat lebah, Kazumi bergegas berdiri, bangkit dari keterpanaannya oleh kehangatan tubuh Masumi dan pesona tatapan matanya. Wajahnya merah padam. Hatinya malu setengah mati.

“Ma...Ma’afkan saya tuan Hayami,”

‘Dasar ceroboh!!!! Kenapa bisa terjadi lagi!!!’

Kazumi merutuki dirinya sendiri.

“Ayah! Nona Okada! Apa kalian baik-baik saja?”

Suara cemas Sayuri memecahkan suasana tak wajar antara Kazumi dan Masumi.

“Ayah? Ayah tidak apa-apa?”

Sayuri menghampiri Masumi yang masih terbaring setengah terduduk.

“Tidak apa-apa, Sayuri, ayah baik-baik saja,”

“Haaaah... syukurlah, habis sepertinya kalian tadi jatuhnya keras sekali,”

”Kau tidak apa-apa, Masumi?”

”Tidak Takahiro, aku baik-baik saja, terima kasih,”

Sambil menyambut uluran tangan Takahiro, Masumi pun berdiri dan mengibaskan kotoran yang menempel di belakang celana bermuda yang dikenakannya.

”Dan kau, Kazumi, baik-baik saja kan? Apakah ada yang terluka?”

Kazumi yang baru menyadari kehadiran Takahiro, menjadi semakin salah tingkah dan terbata-bata menjawab pertanyaan tunangannya itu.

”Eh, i.. iya... Iya... Takahiro, aku baik-baik saja,”

”Syukurlah, untung saja ada Masumi, kalau tidak... Terima kasih ya, Masumi,”

Entah mengapa, mendengar ucapan terima kasih yang begitu tulus dari Takahiro mengirimkan sebuah perasaan tak nyaman dalam hati Masumi. Membuatnya seperti seorang murid yang  ketahuan telah mencontek saat ujian namun sang guru tak memarahinya, justru malah tersenyum menenangkannya.

”Sama-sama, Takahiro. Rupanya tunanganmu ini senang berjalan dengan melamun,”

’Mengingatkan aku pada seseorang,’ bisik hati Masumi.

”Kau harus ekstra hati-hati menjaganya,”

Masumi tersenyum getir. Mengucapkan dua kalimat terakhir tadi ternyata cukup ampuh menghukumnya. Mengingatkan dirinya untuk tidak bermain api jika tidak ingin merasakan sakitnya terbakar.

”Iya ih, nona Okada ini ternyata ceroboh sekali, tadi sudah terpeleset di paviliun, eh sekarang malah mau kecebur parit. Untung ada ayah, kalau tidak, wah wah, bisa gawat!”

”Sayuri!”

”Lho, memang benar kan ayah? Seharusnya orang dewasa tidak ceroboh begitu kan? Nanti, kalau Sayuri sudah dewasa, Sayuri akan sangat berhati-hati, supaya tidak celaka,”

Tampang Sayuri yang begitu serius membuat semua orang dewasa yang di sekitarnya tergelak. Namun tak urung, Takahiro mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari tamu mereka. Sesuatu yang mungkin akan merubah jalan hidupnya.

= # =

”Jadi begitu ya Hijiri? Wah, sebenarnya ingin sekali aku bergabung dengan kalian, menyaksikan si anak bodoh itu kehilangan kendali diri,”

Eisuke tertawa senang mendengar laporan Hijiri. Ia tak menyangka, segalanya berjalan mudah bahkan begitu lancar.

”Dan reaksi Sayuri bagaimana?”

Eisuke kembali menyimak penuturan Hijiri, sesekali senyum dan kekeh pelan terlontar dari mulut Eisuke. Hatinya senang, cucunya menunaikan tugasnya dengan sangat baik, tinggal bagaimana nanti ia mempermudah jalan kembalinya pemeran utama sang Bidadari Merah.

”Baiklah Hijiri, kerja bagus, di sini semua juga sudah siap. Kita wujudkan pernikahan impian Masumi dan pementasan Bidadari Merah,”

= # =

Mereka bertepuk tangan dengan keras, menyemangati anak-anak yang berlatih memberikan penghormatan terakhir kala pertunjukan usai.

”Hebat! Hebat! Keren!”

Sayuri sibuk berteriak dari pinggir aula desa. Sesekali jempolnya mengacung, memberikan penghargaan pada anak-anak seusianya yang berdiri di tengah ruangan.

Masumi terpekur diam. Sepanjang latihan yang dipimpin Kazumi tadi, matanya tak lepas mengamati Kazumi yang dengan telaten mengarahkan anak-anak binaannya. Sesekali tampak Kazumi memberikan contoh bagaimana memerankan tokoh pada anak yang belum memahami perannya. Saat itulah, keyakinan Masumi akan keberadaan Maya semakin kental. Dari setiap gerak tubuh Kazumi saat memerankan tokoh-tokoh tertentu, tidak menghilangkan kejeniusan Maya. Walau hanya dalam gerakan sederhana, dengan jelas mata tajam Masumi dapat menangkap karakter si tokoh dalam tempo waktu sekejap. Dan kemampuan seperti itu hanya dimiliki oleh aktor atau aktris sekaliber Maya.

Masumi melihat ke arah Hijiri dan tangan kanan kepercayaannya itu memberikan isyarat untuk bertemu di luar. Masumi pun mengangguk samar.

“Takahiro, aku titip Sayuri sebentar ya,”

Takahiro menatap ke arah Masumi dan sekelebat gerakan Hijiri yang beranjak meninggalkan aula. Dia tersenyum dan mengangguk mengerti.

”Sayuri, ayah keluar dulu sebentar, kau di sini dulu bersama paman Takahiro dan nona Okada. Nurut ya sama paman Takahiro dan nona Okada,”

Tanpa menjawab, Sayuri menganggukkan kepalanya kuat-kuat, mengacungkan kedua ibu jarinya dan tak lupa mengeluarkan senyuman ala malaikat miliknya. Masumi pun tersenyum dan beranjak meninggalkan aula mengikuti Hijiri.

= # =

Kazumi menepuk tangannya dan meminta anak-anak binaannya berkumpul. Mereka pun berkumpul dengan suara riuh dan salah satu topik keriuhan mereka adalah seorang anak perempuan yang duduk di pinggir aula. Dengan rasa penasaran yang besar, sesekali mereka melirik ke arah Sayuri yang juga tengah mengamati mereka dengan antusiasme yang besar.

Kazumi kembali menepuk tangannya, berusaha memancing perhatian kepala-kepala mungil yang riuh berceloteh satu sama lain. Dan usahanya membuahkan hasil, suara celoteh ribut kanak-kanak pun  mereda berganti dengan pandangan penuh perhatian dan rasa ingin tahu.

”Terima kasih, sekarang, ayo semua duduk,”

Sambil tersenyum manis, Kazumi meminta anak-anak kecil itu duduk. Segera gemerisik suara anak-anak duduk mengambil posisi setengah melingkar di hadapan Kazumi.

”Hari ini kalian semua hebat sekali, ayo kita bertepuk tangan untuk kelancaran hari ini,”

Mereka pun bertepuk tangan dengan semangat, tak terkecuali Sayuri yang ikut bertepuk tangan dengan keras, membuat Takahiro yang duduk di sebelah tersenyum melihat semangatnya.

”Nah, sekarang kakak akan mengenalkan seseorang pada kalian, tepatnya kakak akan mengenalkan seorang teman baru pada kalian. Sayuri-chan, mari, sini,”

Sayuri yang sejak tadi menunggu namanya dipanggil, segera berdiri dan melangkah mendekati Kazumi. Diiringi pandangan penuh rasa ingin tahu dari sebelas pasang mata yang duduk di hadapan Kazumi, Sayuri berdiri tegap dan memamerkan senyumnya.

”Cantik ya...” bisik seorang anak perempuan berbaju kuning pada teman di sebelahnya.

”Ini Sayuri Hayami, dia bersama ayahnya sedang menghabiskan liburan panas di desa kita dan selama berlibur di sini, mereka tinggal di paviliun rumah kakak. Nah, Sayuri-chan, perkenalkan dirimu,”

Sayuri mengangguk pada Kazumi dan tersenyum lebar pada calon teman-teman barunya.

”Selamat sore semuanya, perkenalkan, namaku Sayuri Hayami. Aku berasal dari Tokyo,”

”Wuaaaaahhhh, dia dari Tokyo ternyata,”

Desah kagum terdengar dari beberapa mulut mungil di hadapan Sayuri. Sayuri tersenyum senang.

”Aku sedang berlibur di sini bersama ayahku, Masumi Hayami dan pamanku, Karato Hijiri. Selama berlibur di sini, aku ingin bisa bermain bersama kalian, mohon diterima,”

Sayuri membungkukkan badan, menyampaikan salam perkenalan pada teman-teman barunya.

“Aku Goro, kamu tidak punya kakak atau adik?”

Seorang anak lelaki gempal bertanya pada Sayuri dengan pandangan penuh rasa ingin tahu.

“Tidak, aku tidak punya kakak atau adik, aku hanya sendiri,”

“Wah enak sekali, kalau aku adiknya ada tiga orang, jadi harus selalu mengalah pada mereka,” sahut Goro yang mengundang komentar-komentar lucu dari anak-anak yang lain.

“Sayuri, kenapa kau berlibur hanya dengan ayah dan pamanmu saja? Memangnya kemana ibumu? Kok tidak ikut berlibur juga?”

Kali ini seorang anak perempuan dengan rambut diikat dua melontarkan pertanyaan. Mendengar apa yang ditanyakan, seketika senyum Sayuri menghilang dari wajahnya. Dengan perasaan terganggu, Sayuri memandang si penanya, menilai maksud pertanyaan yang dilontarkannya. Tapi tak ditemuinya sinar jahil di mata anak perempuan bernama Tomoko itu, hanya pandangan polos ingin tahu.

Dan ternyata, tak hanya Tomoko memandang dengan rasa penasaran besar akan keberadaan ibu Sayuri. Semua yang ada di dalam ruangan itu juga tengah menunggu jawabannya, temasuk Kazumi dan Takahiro yang kini juga memandang ke arahnya.

Sayuri menelan ludah, ini adalah hal yang paling tidak disukainya saat harus berkenalan dengan orang baru. Pertanyaan tentang keberadaan ibu selalu saja mengusik jiwa kanak-kanaknya yang polos. Sungguh, ia sangat tidak menyukai situasi ini.

“Ibuku.... Ibuku tidak bisa ikut berlibur, karena....”

“Ibu Sayuri sedang berhalangan, makanya Sayuri hanya bisa pergi berlibur bersama ayah dan pamannya. Benar begitu kan, Sayuri-chan?”

Sayuri memandang ke arah Kazumi yang tersenyum ke arahnya. Sayuri pun tersenyum penuh rasa terima kasih padanya. Kepercayaan dirinya pun kembali dengan cepat.

“Iya, ibuku sedang berhalangan, jadi dia tidak bisa ikut berlibur bersama kami,”

“Nah, perkenalan sudah cukup, kalau ingin mengenal lebih dekat lagi, kalian bisa mengobrol dengan Sayuri setelah ini. Latihan kita sudah selesai, dan ingat, masing-masing harus mengingat peran yang harus dibawakan dengan sebaik-baiknya,”

“Baik kak Kazumi,”

“Baik, semuanya, sampai bertemu lagi besok sore,”

Segera saja keriuhan dari dua belas anak berumur 6-10 tahun memenuhi aula terbuka. Mereka berebut untuk berkenalan secara langsung dengan Sayuri yang tampak senang menjadi pusat perhatian. Sementara, dari tempat yang tak terlihat, Masumi mengawasi semua kejadian yang berlangsung di aula terbuka itu. Hatinya trenyuh ketika wajah Sayuri tampak bingung dan menyiratkan perasaan tak nyaman ketika salah satu teman barunya menanyakan keberadaan ibunya. Untung saja Kazumi turun tangan menolongnya menjawab pertanyaan itu.

‘Maya... Terima kasih...’


> to be continued

14 komentar:

  1. hihhiihiihihihiihi, dua kali "jatuh" ke pelukan Masumi, *blushing... Saia juga mau donkkkkkkk XOXO

    BalasHapus
  2. sadarlah wahai maya...
    kasian kang mas masumi na...

    BalasHapus
  3. kyaaaaaaa, masumi cool banget yah, membacanya berasa jd maya, baunya masumi itu loh, jd penasaran, pingin nyari parfumnya, dimanakah itu bs didpt?unya masumi itu loh, jd penasaran, pingin nyari parfumnya, dimanakah itu bs didpt?

    BalasHapus
  4. asyiiiik, semakin sering mereka jatuh bersama, semakin cepat Maya kembali ingatannya hehehe....
    Tapiii, masih penasaran sama ibu Sayuri.
    mudah2an emang Maya ibunya Sayuri.

    BalasHapus
  5. ko eisuke bilang "pernikahan impian masumi " jadi ada kemungkinan merit dunks ama shiori n sayuri anaknya gitu ??
    tp di chapter sebelumnya knp masumi blg gini ‘Seharusnya, sejak dulu kau menggandeng tangan mungil Sayuri, Mungil, tepat seperti itu,’ apa terjadi sesuatu antara MM sebelum nikah ato malah sesudahnya ??? hahh makin ngawur deh gw saking penasarannnya
    parfum apa sih yg pake masumi kira2 di indo ada ga yak...xiixixiixi

    BalasHapus
  6. Bukan hanya anak2 itu yg penasaran sm ibunya sayuri....aku juga penasaran....lgpl ingatan maya kok belum pulih juga ya...kalau ingatannya kembali kasihan juga tuh takahiro nasibnya akan spt koji....tq lanjutan chaptnya sis feather pen....ndak sabar rasanya mengungkap peristiwa 6th lalu....menyingkap misteri antara MM.

    BalasHapus
  7. maya mamanya doonnkk... Iya kan, iya kaannn??

    BalasHapus
  8. nanggung bgtt!! btw, parfumnya masumi kira2 apaan yhaa???? fufufufufuu

    BalasHapus
  9. dear all
    thank you so much for spending your precious time to read my story ^^

    @R'R', Fagustina, Regina:
    di chapter sebelumnya sudah saya sebutkan brand parfum yang menurut penggambaran saya sesuai untuk sosok Masumi Hayami, eau de toilette Intense Issey Miyake
    saya pilih brand Issey miyake, karena menggambarkan keluarga Hayami yang cinta produk negeri sendiri, selain fragrance-nya yang enak, menurut penciuman saya ^^

    sepertinya brand parfum Issey Miyake sangat mudah ditemui di outlet-outlet parfum original
    harganya...? let's find out by surfing through your gadget ^^

    once more, thank you so much for being my reader

    a very big special hug
    ~feather pen~

    BalasHapus
  10. belumbelummm diketahui momynya sayuri siapa...oh tidakkk*shock2 npenasaran tingkat tinggi*..
    moga2 maya momynya sayuri*maksa*... >_<
    lanjudddddddd.... nais story..

    BalasHapus
  11. baru sempet kasih komen... maap .. m(-.-)m

    masih penasaran nih, siapa mamanya sayuri...

    ditunggu lanjutannya yaa

    BalasHapus
  12. Aku juga mo menanyakan pertanyaan yg sama seperti pertanyaan anak2 desa momiji : "Ibumu kemana sayuri-chan?! siapa nama ibumu?!?"

    Gila nih,feather pen jago juga bikin alur & pake kata2 yg ngebuat kami para readers tetep penasaran & rada sulit nebak hubungan maya-sayuri-shiori-masumi. Udah sampai part ke-13 rasa penasaran itu masih belum terjawab :(

    BalasHapus
  13. betul masih penasaran banget sama mommy nya sayuri.....ayo maya coba diingat2 lagi......masa gak ada kenangan yg tersisa sama sekali....fuh fuh fuh....Sayuri chayank jangan sedih walau gak ada mama tapi sayuri chan punya daddy yg top banget yg pastinya akan selalu ada disamping sayuri...daddy nya sayuri kan hebat......

    Sista updatenya kapan lagi nih penasaran..... :P

    BalasHapus
  14. Belum di update lagi....we're waiting for your story sis feather pen

    BalasHapus

Please, just leave your comment here -Thank you-