Kamis, 08 September 2011

The Adventure of Sayuri Hayami #10

picture courtesy of sayadankamera.multiply.com


“Sayuri… Bangun, kita sudah sampai,”

Sayuri menggeliat dan mengerjapkan matanya, memicingkannya karena silau oleh terangnya lampu yang menerpa wajahnya.

”Kita sudah sampai mana, ayah?”

Suara Sayuri yang menguap membuat Masumi kurang jelas menangkap apa yang dibicarakan Sayuri.

”Apa Sayuri?”

”Kita sudah sampai mana?”

Kali ini suara Sayuri lebih jelas seiring kesadaran yang mulai melingkupi dirinya.

”Kita sudah sampai di tempat parkir penginapan, dan kalau kau tidak beranjak juga dari sana, ayah akan biarkan kau tidur di mobil, sendirian,”

Masumi menggoda Sayuri yang masih tampak mengantuk dan malas beranjak dari kehangatan jok tengah kendaraan yang membawanya.

”Gendong,”

Masumi mengangkat kedua alisnya menanggapi permintaan Sayuri.

”Nggak ah, berat,”

”Ayaaaaaaaahhhh.... Gendooooong...”

Masumi tetap mengacuhkan Sayuri yang merengek dengan sibuk mengeluarkan beberapa keperluan yang diperlukan selama menginap.

”Ayaaaaaaaaahhhh...”

”A’a’,”

Masumi menggeleng sambil mencangklong tas punggung Sayuri dan travel bag-nya sendiri.

”Kau sudah besar Sayuri, punya dua kaki yang sehat dan kuat untuk berjalan, ayo dong, jangan malas,”

Masumi berusaha membujuk Sayuri yang kini mulai ngambek karena tidak dituruti keinginannya untuk digendong Masumi.

”Sayuri masih ngantuk ayah, masa tega sih kalau nanti Sayuri jatuh karena ngantuk? Kalau ayah ga mau gendong, aku minta gendong paman Hijiri aja ah... Paman Hijiri, gendong,”

Masumi mengikuti arah pandangan Sayuri dan ternyata Hijiri sudah berada di belakangnya menenteng sebuah travel bag yang sepertinya merupakan miliknya. Hijiri pun memandang penuh tanya pada Masumi yang kini memandang ke arahnya. Tanpa bicara Masumi meminta tolong Hijiri untuk membawa barang bawaannya dan Sayuri yang segera disambut Hijiri juga tanpa suara.

”Ya sudah... Sini,”

Masumi pun mengalah dan kemudian duduk di jok mobil, membelakangi Sayuri, memberikan punggungnya untuk menggendong Sayuri. Sayuri pun menyeringai senang dan tanpa menunggu waktu lama segera bergelayut di punggung ayahnya yang lebar.

”Terima kasih, ayah... Ayah baik sekali,”

Sayuri mengalungkan kedua tangan mungilnya dan mencium pipi Masumi yang kemudian tersenyum menanggapi sikap Sayuri.

”Sama-sama, Putri Pemalas,”

”Eh, sejak kapan kuda bisa bicara?”

Sayuri bertanya sambil mengangkat tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke wajah tampan ayahnya dan bagi siapa saja yang melihatnya akan langsung sadar, bahwa mereka berdua adalah ayah dan anak karena begitu miripnya mereka berdua.

”Kalau begitu, berarti yang ayah gendong ini, anak kuda dong?”

Masumi membalas pertanyaan jahil Sayuri sambil mencium pipi Sayuri yang begitu dekat dengan wajahnya. Dan segera saja, tawa riang pecah di antara mereka berdua. Sementara Hijiri tersenyum melihat tingkah Masumi dan Sayuri.

= # =

”Sayuri? Kau sudah siap?”

Masumi menunggu Sayuri sambil menyisir rambutnya yang basah dengan jari. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, mereka akan pergi keluar mencari makan malam dan menikmati pasar malam musim panas yang berdasarkan informasi resepsionis tengah diadakan daerah setempat.

”Iya ayah, sebentar,”

Tak lama kemudian Sayuri telah keluar dari kamar mandi mengenakan gaun musim panas yang ringan berwarna kuning segar. Rambutnya yang hitam diurai dengan bando warna senada tersemat di puncak kepalanya.

”Ayah, Sayuri cantik tidak?”

Masumi mengamati anak gadis kecilnya yang begitu cantik. Dan perasaan bangga membuncah dalam hati Masumi melihat putrinya yang tumbuh sehat, cerdas dan cantik. Putri semata wayangnya.

”Cantik sekali! Anak siapa ini ya?”

”Anak kuda!”

Masumi tergelak dan bergerak menyongsong Sayuri yang berlari ke arahnya.

”Nah, sudah siap untuk jalan-jalan, anak kuda?”

”Siap sekali ayah kuda,”

Sambil tertawa, Masumi dan Sayuri bergandengan tangan keluar dari kamar penginapan mereka. Dan di lorong, mereka bertemu dengan Hijiri yang rupanya juga telah membersihkan diri.

”Paman Hijiri, aku cantik tidak?”

Hijiri tersenyum menanggapi kepercayaan diri Sayuri yang begitu polos. Tanpa berkata-kata, Hijiri mengacungkan kedua ibu jari disertai dengan gerakan menegaskan pada mimik wajahnya. Senyum Sayuri pun semakin lebar mendapat pujian dari Hijiri. Hatinya sangat senang, liburan musim panasnya kali ini benar-benar terasa berbeda.

”Kita jadi ke pasar malam, ayah?”

”Jadi, tapi sebelumnya kita makan dulu. Dan ayah juga perlu mengambil uang tunai di ATM,”

Sayuri pun berjalan dengan langkah kecil yang riang mendahului ayahnya dan Hijiri menuruni anak tangga menuju loby penginapan yang bernuansa natural. Sampai saat matanya tertuju pada sosok yang tengah duduk di dekat kolam yang menghadap counter resepsionis.

”Paman Maeda! Apa kabar?”

Dan sosok pria yang disebut paman Maeda oleh Sayuri, tampak terkejut, namun segera senyum manis mengembang menghiasi wajahnya yang tampan bersahaja saat melihat Sayuri setengah berlari mendekati tempatnya duduk. Sementara Masumi dan Hijiri saling memandang penuh tanya, penuh rasa ingin tahu pada seseorang yang disapa oleh Sayuri dan mengikutinya menuju tempat duduk Takahiro.

”Hai, Sayuri-chan, kabar baik. Kau sendiri? Wah, tak sangka ya kita bisa bertemu di sini,”

”Kabar baik, paman. Kok, paman ada di sini? Sedang mengirim buah kesemek juga ya?”

“Begitulah, paman sedang ada beberapa urusan penting yang harus paman selesaikan sekaligus mengirim selai buah kesemek juga manisan buah kesemek. Kebetulan penginapan ini merupakan milik kerabat paman. Karena sudah terlalu malam untuk kembali ke desa paman, jadi paman menginap di sini, sekalian paman ingin berjalan-jalan ke pasar malam. Kau sendiri, kemari bersama siapa? Sedang berlibur bukan?”

Pandangan Takahiro mencari-cari sosok orang dewasa yang mungkin tengah bersama Sayuri. Dan pandangannya tersita pada dua pria dewasa yang salah satunya memiliki garis wajah begitu mirip dengan Sayuri. Ia menduga kuat, pasti pria itu ayah Sayuri.

“Eh iya, lupa!”

Mendengar pertanyaan Takahiro, Sayuri baru teringat kalau dia tadi pergi begitu saja meninggalkan ayahnya dan Hijiri saat melihat Takahiro. Dan benar saja, saat Sayuri menoleh untuk mencari ayahnya dan Hijiri, kedua pria dewasa itu tengah mengamatinya dengan pandangan penuh tanya. Terutama sorot mata Masumi, ada tersirat sedikit teguran pada Sayuri.

“Ayah, paman, sini deh Sayuri kenalkan. Paman Maeda, ini ayahku, Masumi Hayami dan ini pamanku Karato Hijiri. Ayah, paman, ini Paman Takahiro Maeda, yang waktu itu Sayuri ceritakan itu lho paman,”

Dengan setengah menyeret Masumi dan Hijiri, Sayuri menghela mereka mendekati Takahiro yang kini sudah berdiri dari tempat duduknya. Sekilas mata Masumi memandang ke arah Hijiri, membuat Hijiri sedikit merasa tak enak hati.

”Ah, dugaan saya tidak salah, ternyata Anda memang ayah Sayuri-chan tuan Hayami, karena kalian berdua begitu mirip. Perkenalkan, saya Takahiro Maeda, tuan Masumi Hayami, tuan Karato Hijiri,”

Masumi tersenyum menanggapi pernyataan Takahiro mengenai kemiripannya dengan Sayuri.

”Salam kenal tuan Takahiro Maeda,”

”Salam kenal tuan Maeda,”

Masumi dan Hijiri membalas salam Takhiro dengan kesopanan yang sama. Namun tak dipungkiri, hati Masumi bertanya-tanya, bagaimana bisa Sayuri mengenal Takahiro Maeda. Sementara, diam-diam Hijiri menilai sosok pria yang diceritakan Sayuri sebagai tunangan Kazumi Okada atau berdasar dugaan kuatnya adalah Maya Kitajima.

” Apakah kalian semua sedang berlibur, tuan Hayami?”

”Begitulah tuan Maeda, kami memang sedang mengadakan perjalanan liburan. Kebetulan, putri saya ini, sangat ingin berlibur ke daerah ini,”

”Iya paman Maeda, Sayuri akan berlibur ke desa paman. Desa Momiji,”

”Oh ya? Wah, baguslah kalau begitu. Kebetulan selama seminggu ini paman juga sedang tidak ada jadwal pengiriman kemanapun. Jadi begitu nanti kau sampai di desa paman, paman bisa menepati janji paman untuk mengajakmu dan keluargamu berkeliling desa kami. Bahkan kalau kalian belum mendapatkan akomodasi penginapan, kalian bisa tinggal di rumah kami, bagaimana?”

”Wah! Asyik! Terima kasih, paman Maeda. Tapi, kata paman Hijiri kami akan menginap di paviliun keluarga Okada. Kalau tidak salah itu keluarga tunangan paman, bukan?”

”Oh, benarkah tuan Hijiri?”

Hijiri mengangguk, membenarkan ucapan Sayuri.

”Benar tuan Maeda, kami telah bersepakat dengan keluarga Okada, bahwa selama kami berlibur di Desa Momiji, kami akan menempati paviliun mereka. Terima kasih banyak atas penawaran tuan,”

Kali ini Masumi angkat bicara, membenarkan informasi Sayuri berdasarkan informasi yang didapatnya dari Hijiri.

”Sama-sama, tuan Hayami. Tidak perlu merasa sungkan, dimanapun kalian tinggal di Desa Momiji, bagi kami sama saja. Karena sistem kekeluargaan kami begitu erat satu sama lain, jadi menginap dimanapun para pengunjung tetap akan merasakan kehangatan suasana Desa Momiji yang sama. Oh iya sampai lupa, kalian hendak makan malam bukan? Ijinkan saya menjamu kalian dengan kuliner khas kota ini, sebagai ucapan selamat datang karena kalian akan berlibur ke desa kami, bagaimana?”

”Mau paman! Eh... Bagaimana ayah? Paman?”

Sayuri menatap ke arah Masumi dan Hijiri yang kini balik menatap ke arahnya dengan penuh pertimbangan.

”Ma’af tuan Maeda, kami takut merepotkan,”

”Tidak perlu sungkan tuan Hayami, tenang saja. Kami justru sangat senang menjamu tamu atau wisatawan yang berencana datang ke desa kami. Baik yang hanya sekedar melancong untuk membeli produk lokal, apalagi yang berniat menghabiskan beberapa waktu menikmati suasana desa kami seperti kalian ini. Ayolah, hitung-hitung sebagai pemanasan sebelum kalian benar-benar menginjakkan kaki di Desa Momiji. Mari?”

”Ayolah ayah, kumohon...”

Sayuri membujuk ayahnya yang tampak masih menimbang-nimbang tawaran Takahiro, sambil menarik-narik tangan Masumi.

”Bagaimana Hijiri?”

”Tidak ada salahnya menerima tawaran tuan Maeda, lagipula akan lebih nyaman berkeliling dengan ditemani seseorang yang mengenal wilayah ini,”

”Nah kan, ayah... Mau ya! Ya! Mau ya! Kumohon....”

Masumi masih tampak ragu-ragu menerima tawaran Takahiro, membuat Sayuri semakin tak sabar menunggu persetujuannya. Masumi menghela nafas, akhirnya dia menyerah.

”Baiklah tuan Maeda, kami terima tawaran tuan. Mohon ma’af sebelumnya kalau kami merepotkan,”

”Horeeeeeeeeee!!!!”

Pekik senang Sayuri segera teredam begitu Masumi menatap penuh peringatan ke arahnya. Sementara Takahiro tersenyum senang begitu mendengar tawarannya di terima oleh kenalan barunya itu.

”Tidak tuan Hayami, tuan Hijiri, kalian tidak perlu sungkan. Justru saya sangat senang ada orang yang berminat berkunjung ke desa kami. Kita berangkat sekarang?”

Ketiga kepala yang di hadapan Takahiro mengangguk serempak, dan dengan disertai celoteh Sayuri yang menanyakan berbagai hal, mereka berempat berjalan kaki menuju lokasi pasar malam.

= # =

Masumi mengamati Sayuri yang asyik bercengkerama dengan Takahiro di sepanjang perjalanan mereka melalui jalan tanjakan yang dihiasi lampu-lampu lampion beraneka ragam.

”Dimana Sayuri bertemu dengan Takahiro Maeda ini, Hijiri?”

Hijiri memandang ke arah Masumi yang masih mengamati Sayuri yang kini tengah berlomba melompat tinggi dengan Takahiro untuk menentukan siapa yang bisa meraih daun pohon yang menjuntai di sepanjang jalan.

”Menurut cerita nona Sayuri, ia secara tak sengaja bertemu dengan tuan Maeda di pasar swalayan yang berada di seberang gedung Daito. Saat itu, nona Sayuri menabrak tuan Maeda, dan dari kecelakaan kecil itu, tuan Maeda memberikan alamatnya pada nona, serta mengundangnya untuk berlibur ke Desa Momiji,”

”Begitu ya...”

”Iya pak,”

Masumi merasa, ada sesuatu yang belum disampaikan oleh Hijiri padanya, namun belum sempat ia bertanya, suara Sayuri yang bening dan nyaring terdengar lantang memanggilnya.

 
”Ayah! Paman Hijiri! Ayo, buruan! Kata paman Maeda, ada penjual *taiyaki yang terbaik dan terenak di kota ini, kalau tidak buru-buru, bisa-bisa kita tidak kebagian! Ayo buruan!”

Masumi dan Hijiri pun kemudian mempercepat langkahnya, menyusul Sayuri dan Takahiro yang tengah menunggu mereka di depan kios penjual topeng-topeng mainan. Dan di sepanjang perjalanan mereka menuju kios penjual taiyaki, terdengarlah senandung Sayuri menyanyikan "Oyoge! Taiyaki-kun" ("Ayo berenang! si Taiyaki").

= # =

Sayuri tampak mengantuk dalam gendongan punggung ayahnya. Tampak sekali kelelahan terlihat di wajah ayunya yang menyunggingkan senyum bahagia.

”Terima kasih banyak atas malam ini paman Maeda,”

Takahiro tersenyum lembut pada Sayuri yang sudah sangat  mengantuk itu.

”Sama-sama, Sayuri-chan. Kau sepertinya kelelahan,”

”Tapi, Sayuri senang sekali paman. Ada ayah, ada paman Hijiri juga ada paman Maeda yang mau menemani Sayuri,”

Selesai berbicara, Sayuri menguap lebar membuat Masumi, Hijiri dan Takahiro bertukar senyum melihat Sayuri yang sepertinya sudah tak mampu lagi menahan kantuk.

”Baiklah kalau begitu, Sayuri-chan, tuan Hayami dan juga tuan Hijiri, sepertinya kalian semua sudah sangat lelah. Selamat beristirahat dan selamat malam,”

”Selamat malam dan selamat beristirahat juga, Tuan Maeda. Terima kasih banyak untuk jamuan malam ini. Mohon ma’af kalau kami merepotkan,”

Masumi yang telah menurunkan Sayuri dari punggungnya, membungkukkan badan, menyampaikan ucapan terima kasih pada Takhiro yang mengantarkan mereka hingga ke depan kamar Masumi dan Sayuri.

”Sama-sama, tuan Hayami, tuan Hijiri, jangan merasa sungkan. Sampai bertemu besok di Desa Momiji,”

Takahiro pun membalas salam Masumi dan Hijiri serta beranjak hendak meninggalkan mereka untuk menuju ke kamarnya sendiri.

“Paman Maeda, apakah besok paman jadi ikut bersama kami menuju Desa Momiji?”

Seketika langkah Takahiro terhenti demi mendengar suara Sayuri yang mengantuk, menanyakan keikutsertaannya dalam rombongan keluarga Hayami untuk bersama-sama menuju desa tempat tinggalnya. Tadi, saat mereka bersama-sama di pasar malam, Masumi memang telah menawarkan padanya untuk bersama-sama ikut kendaraan Masumi menuju Desa Momiji.

“Ah iya, saya baru ingat,”

Takahiro pun merendahkan posisinya, sehingga sejajar dengan tinggi Sayuri. Sejenak menatap ke arah Masumi dan kemudian menatap Sayuri yang memandangnya penuh rasa ingin tahu dengan mata kanak-kanaknya yang mulai meredup karena menahan kantuk.

“Terima kasih banyak atas penawarannya, tapi mohon ma’af sekali, besok masih banyak hal yang harus paman selesaikan berkaitan dengan persiapan pernikahan paman. Ma’af ya, Sayuri-chan, tuan Hayami, tuan Hijiri,”

”Yaaaaaaaaa... kok paman Maeda tidak bisa bareng sih?”

”Sayuri...,”

Masumi menegur pelan pada Sayuri yang menampakkan gelagat merajuk.

”Tidak apa-apa, tuan Hayami. Iya Sayuri-chan, kalau saja tidak ada urusan penting yang harus paman selesaikan, dengan senang hati paman akan ikut dengan mobil kalian. Tapi paman janji, kita akan bertemu di Desa Momiji dan paman akan mengantarmu berkeliling desa dan memetik buah kesemek langsung dari pohonnya, ya?”

”Benar paman?”

Takahiro mengangguk, meyakinkan Sayuri akan janjinya.

”Baiklah kalau begitu, sampai bertemu paman Maeda. Terima kasih banyak atas malam ini,”

”Sampai bertemu juga, Sayuri-chan, selamat beristirahat, kita bertemu lagi di desa paman ya,”

Dan setelah memberi salam pada Takahiro, Sayuri dengan langkah gontai menahan kantuk masuk ke dalam kamar penginapannya, meninggalkan ketiga pria dewasa yang masih berdiri di depan pintu.

”Saya tidak ingin menyita waktu kalian untuk beristirahat lagi, jadi saya akan langsung saja. Selamat malam tuan Hayami, tuan Hijiri, selamat beristirahat, sampai bertemu kembali besok di Desa Momiji,”

”Selamat malam, tuan Maeda, terima kasih banyak atas malam ini. Selamat beristirahat dan sampai bertemu kembali,”

Kembali Masumi dan Hijiri membungkuk membalas salam Takahiro, yang kemudian beranjak berlalu, meninggalkan Masumi dan Hijiri.

”Tuan Maeda!”

Tiba-tiba Masumi memanggil Takahiro yang hampir menghilang di balik tikungan koridor penginapan.

”Ya, tuan Hayami?”

”Mungkin akan lebih nyaman jika kita saling memanggil nama depan saja,”

Takahiro nampak tercenung mendengar perkataan Masumi, namun sejurus kemudian, senyum menghiasi wajahnya.

”Baiklah, Masumi, sampai bertemu besok,”

”Sampai bertemu besok, Takahiro,”

Masumi pun balas mengangguk pada anggukan salam Takahiro yang kini sudah benar-benar berlalu dari hadapannya.

”Jadi, Takahiro Maeda adalah tunangan anak gadis sang pemilik rumah yang akan kita tempati selama kita menginap di Desa Momiji?”

Tiba-tiba Masumi mengajukan pertanyaan yang mengejutkan Hijiri.

”Benar, pak,”

”Dan Sayuri mengenalnya karena secara tak sengaja bertubrukan dengan Takahiro saat berbelanja di swalayan?”

”Iya, pak,”

Hijiri mulai bingung dengan arah pertanyaan Masumi. Hatinya bertanya-tanya, apa maksud Masumi dengan semua pertanyaan yang dilontarkan kepadanya itu. Kini Hijiri mengamati Masumi yang tampak merenung, seakan-akan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

”Pak Masumi?”

Masumi tersentak mendengar panggilan Hijiri.

”Sebuah kebetulan yang aneh bukan, Hijiri?”

Hijiri tergagap mendengar pertanyaan Masumi yang terakhir, sementara Masumi beranjak membuka pintu kamar penginapannya.

”Selamat malam Hijiri, selamat beristirahat, sampai betemu besok,”

Tanpa menunggu jawaban Hijiri, Masumi menutup pintu meninggalkan Hijiri yang termangu.

”Selamat malam, pak, sampai bertemu besok,”

= # =

picture courtesy of Keneth Nicole Brodsky

”Ayah, ayo cepetan!”

Sayuri yang sudah siap, memburu-buru Masumi yang masih asyik menikmati secangkir kopi dan membaca surat kabar di balkon penginapannya. Dengan pandangan setengah menggoda Masumi mengamati putri kecilnya. Kali ini Sayuri mengenakan rok jeans pendek dengan padanan kaos ungu, semakin menegaskan warna putih kulitnya. Kedua kaki mungilnya dibalut sandal gladiator berwarna merah cerah, sementara rambutnya yang hitam legam, diikat kecil tepat di bagian poni.

”Ayah... Ayo doooong.... Masa minum kopi aja lama amat sih!”

Kali ini bibir Sayuri mulai mengerucut, menandakan kekesalan hatinya. Sementara Masumi kembali berpura-pura asyik membaca surat kabar. Ia tahu, Sayuri pasti akan sangat kesal padanya.

”Ayah... Ih, ayah, ih! Ayo dong ayah...”

”Cium dulu dong,”

Demi keinginannya untuk segera berangkat dituruti ayahnya, dengan setengah hati Sayuri mendekati Masumi dan mencium pipi Masumi sekedarnya.

”Eh, masa cuma begitu ciumnya?”

Dengan bibir masih mengerucut, Sayuri memegang kedua belah pipi ayahnya dan mencium berkali-kali pipi Masumi dengan kuat, sampai Masumi merasa kewalahan karena kegelian.

“Iya, iya, iya, sudah Sayuri, sudah! Iya, ayah menyerah, ayo kita berangkat sekarang,”

Akhirnya Masumi beranjak dari tempat duduknya diiringi senyum penuh kemenangan di wajah Sayuri yang cantik. Dan sepertinya sang dewa pelancong memang tengah berpihak pada Sayuri, karena tak berapa lama terdengar suara ketukan di pintu disertai suara Hijiri yang menyapa dari balik pintu. Dengan segera Sayuri membuka pintu, dan benar saja, Hijiri telah bersiap dengan mencangklong travel bag-nya.

“Selamat pagi, paman Hijiri!”

“Selamat pagi, nona kecil. Apakah nona sudah siap?”

“Sudah dong! Ayah tuh yang lama,”

Sayuri menunjuk dengan dagunya ke arah Masumi yang kini juga sudah siap dengan tali travel bag tergantung di pundaknya.

”Selamat pagi, pak Masumi,”

”Selamat pagi, Hijiri,”

Masumi mengangguk pelan pada Hijiri.

”Kita berangkat sekarang, pak?”

”Apakah semua sudah siap, Hijiri?”

”Sudah pak. Saya juga sudah menitipkan kendaraan saya pada pihak penginapan, untuk diambil nantinya saat kita pulang dari Desa Momiji,”

”Baiklah, kita berangkat sekarang. Ayo Sayuri,”

Tanpa menunggu aba-aba kedua kali dari ayahnya, Sayuri melesat meninggalkan Masumi dan Hijiri yang terpaku melihat reaksi cepatnya.

”Sayuri!”

Sayuri berlari sambil tertawa riang hingga tanpa disadarinya ia bertubrukan dengan seseorang tepat di tikungan koridor yang mengarah ke arah tangga turun.

Bruk!

Dan Sayuri jatuh terduduk mengerenyit, merasai sakit di hidungnya karena bertumbukan dengan badan orang dewasa.

”Rupanya sudah menjadi kebiasaanmu untuk menubruk orang ya, Sayuri-chan?”

”Eh, paman Maeda, selamat pagi paman,”

”Selamat pagi, Sayuri-chan, sakit?”

Sambil membantu Sayuri berdiri, Takahiro memandang prihatin pada Sayuri yang kini menggosok-gosok hidungnya yang memerah.

”Sedikit, tapi tidak apa-apa kok. Paman sudah mau pergi sekarang?”

”Iya, nanti begitu selesai semua urusan paman, paman akan pulang ke desa paman. Kau, sudah mau berangkat ya? Mana ayah dan pamanmu? Kok, kamu sendirian?”

Sebelum Sayuri menjawab pertanyaan Takahiro, Masumi dan Hijiri telah berjalan tergesa-gesa mendekati mereka. Rupanya mereka mendengar keributan kecil akibat Sayuri menubruk Takahiro.

”Selamat pagi, Takahiro, apa lagi yang terjadi Sayuri?”

Takahiro tersenyum dan mengangguk, membalas salam Masumi.

”Selamat pagi, Masumi. Tidak ada apa-apa, rupanya anak gadis kecilmu ini begitu bersemangat, sampai-sampai tak melihat arah jalannya dan akhirnya kami pun harus bertubrukan kembali,”

”Sayuri, kau itu ya...”

”Tidak apa-apa, Masumi, aku justru khawatir pada hidung Sayuri-chan, sepertinya sakit karena menubruk aku tadi. Masih sakit Sayuri-chan?”

”Tidak paman, sudah tidak sakit kok,”

”Benar, sudah tidak apa-apa Sayuri?”

Kali ini Masumi menanyainya dengan mimik khawatir terpampang jelas di wajahnya.

”Iya ayah, nih lihat, sudah baik-baik saja kan?”

Sayuri menggerak-gerakkan hidungnya menyerupai gerakan hidung kelinci yang mengendus-endus untuk memastikan pada ayahnya dan Takahiro bahwa hidungnya baik-baik saja. Dan tak pelak, tingkah polah Sayuri membuat tawa geli pecah di antara orang-orang dewasa yang mengelilinginya.

”Ya sudah, kalau memang hidungmu baik-baik saja, ayah cuma takut saja kalau tiba-tiba hidungmu copot. Kau sudah mau pergi, Takahiro?”

Masumi beralih berbincang pada Takahiro tanpa menghiraukan Sayuri yang membelalakkan mata besarnya.

”Begitulah, Masumi, setidaknya aku harus memastikan segala keperluan untuk pernikahanku sudah siap semuanya. Oh ya, mungkin kalian nanti akan bisa hadir di hari pernikahanku. Kalian akan tinggal cukup lama kan di Desa Momiji?”

”Entahlah, Takahiro, kami tidak bisa berjanji, tapi seandainya ada waktu, tentu dengan senang hati kami akan hadir dalam pernikahanmu,”

”Semoga Masumi, semoga saja, aku akan sangat menantikan kehadiran kalian di hari pernikahanku, khususnya kau Sayuri-chan, siapa tahu kau bisa menjadi salah satu pengiring pengantin?”

Senyum Takahiro yang begitu tulus membuat Masumi merasakan ikatan kekerabatan yang tak bisa dimengerti olehnya. Selama ini, setiap undangan apapun yang diterimanya selalu mengandung unsur bisnis, baik pernikahan, pertunangan, kelahiran bayi maupun upacara kematian. Baru kali ini ia bertemu dengan orang yang baru dikenalnya yang dengan setulus hati mengundangnya untuk hadir dalam sebuah upacara pernikahan.

”Wah, Sayuri mau sekali paman! Pasti akan sangat menyenangkan menjadi pengiring pengantin, apalagi ini pengalaman pertamaku!”

”Tapi, sekali lagi, Takahiro, kami tidak bisa menjanjikan bahwa kami akan hadir dalam upacara pernikahanmu,”

”Tidak apa-apa Masumi, kalaupun seandainya kalian tidak bisa menghadiri upacara pernikahanku, yang penting kalian sudah berkunjung dan tinggal di desaku,”

Tiba-tiba, Takahiro melihat ke arah jam tangannya.

”Ah, ma’af sekali Masumi, Sayuri-chan, tuan Hijiri, aku harus buru-buru, aku tunggu ya kedatangan kalian di Desa Momiji. Sampai bertemu lagi,”

”Sampai bertemu kembali,”

Begitu Masumi, Hijiri dan Sayuri membalas salamnya, Takahiro bergegas menuruni anak tangga.

”Paman, kita bertemu di Desa Momiji ya!”

Mendengar seruan Sayuri, Takahiro berbalik sebentar, tersenyum, melambaikan tangan pada Sayuri dan kembali berlalu.

“Ayo Sayuri, kita berangkat sekarang,”

Dan mereka bertiga pun mengikuti jejak Takahiro, beranjak menuruni anak tangga.

= # =

Takahiro dan Kazumi berbincang ringan sambil menikmati taiyaki yang dibawa Takahiro khusus untuk Kazumi. Tadi saat Takahiro tiba, ternyata Kazumi sedang duduk di halte. Saat di tanya Takahiro, Kazumi berkata bahwa ia tengah menikmati suasana datangnya musim panas sambil berusaha kembali menggali ingatannya.

“Tak usah terlalu dipaksakan, Kazumi. Siapapun dirimu di masa lalu, tak akan merubah perasaanku padamu,”

Dan perkataan Takahiro itu, cukup mampu menenangkan hati Kazumi yang akhir-akhir ini sering merasa tak tenang seiring semakin dekatnya hari pernikahannya.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk berbincang tentang persiapan pernikahan mereka, sembari menikmati taiyaki yang dibawa Takahiro.

“Oh ya Kazumi, sebentar lagi akan ada yang menginap di paviliun rumahmu kan?”

“Benar Takahiro, bagaimana kau bisa tahu?”

Takahiro tersenyum pada Kazumi dan dengan spontan menghapus noda selai kacang merah di sudut bibir Kazumi dengan ibu jarinya, membuat pipi Kazumi merona.

”Ma’af, ada selai kacang yang tertinggal tadi,”

Takahiro pun tak kalah jengah dengan perlakuan spontannya tadi.

”Tidak apa-apa, Takahiro,”

Dengan masih malu-malu dan pipi yang makin merona, Kazumi menjawab lirih pada Takahiro.

”Oh iya, soal yang akan menginap di paviliun, secara tak sengaja aku semalam bertemu dengan mereka. Bahkan kami sempat pergi bersama untuk makan malam dan menikmati suasana pasar malam. Dan yang lebih menyenangkan lagi, ternyata aku sudah pernah bertemu dan berkenalan dengan anak gadis keluarga Hayami ini saat aku mengirim buah kesemek ke Tokyo,”

”Keluarga Hayami? Bukan Takahiro, yang akan menginap di paviliun rumah kami bukan keluarga Hayami, tapi keluarga Karato Hijiri,”

”Iya aku tahu, Kazumi. Mungkin keluarga Karato Hijiri adalah keluarga istri Masumi Hayami saat masih belum menjadi istri Masumi Hayami. Mungkin Karato Hijiri ini adik istri Masumi Hayami, dan kebetulan dia yang mencari akomodasi penginapan untuk berlibur, sehingga yang kau ketahui yang akan menginap di paviliun rumahmu adalah Karato Hijiri,”

”Bisa jadi begitu, Takahiro,”

Kazumi tampak merenung.

”Kira-kira, mereka keluarga yang bagaimana, Takahiro?”

”Mereka keluarga yang menyenangkan, khususnya anak gadisnya yang berusia kurang lebih 6 tahun. Anak yang cerdas dan sangat mudah untuk jatuh sayang padanya, Sayuri-chan benar-benar seorang anak yang cantik dan menyenangkan,”

”Benarkah?”

”Iya, aku yakin, saat kau nanti bertemu dengannya, kau akan langsung jatuh sayang padanya. Hanya saja, aku agak merasa kasihan padanya,”

”Memangnya kenapa Takahiro?”

”Sepertinya, ibu Sayuri-chan sudah tidak bersamanya lagi,”

”Oh ya? Kenapa?”

”Entahlah, itu hanya perasaanku saja. Selama aku bersama mereka semalam, rasanya hampir tidak pernah ada pembicaraan yang menyinggung soal ibu Sayuri-chan. Baik dari Sayuri-chan maupun dari ayahnya. Mungkin mereka memang sengaja tidak mau menceritakan alasan, mengapa ibu Sayuri-chan tidak ikut serta dalam perjalanan liburan mereka. Dan satu-satunya dugaanku, kemungkinan ibu Sayuri-chan sudah meninggal dunia,”

”Benarkah?”

Kazumi menutup mulutnya dengan tangan dan menatap penuh rasa prihatin pada Takahiro.

”Namun itu baru dugaanku Kazumi, sekedar dugaan dan tidak membuktikan apapun. Mungkin, saat nanti mereka sudah tinggal di desa kita, kita bisa mengetahui dengan lebih baik mengenai keluarga mereka. Nah, sekarang kita tunggu saja kedatangan mereka. Siapa tahu sebentar lagi mereka datang, karena tadi saat aku meninggalkan mereka, mereka sudah bersiap-siap akan berangkat kemari,”

”Kalau begitu, kita tunggu saja mereka, tapi, kenapa kau tidak bareng mereka saja Takahiro? Setidaknya kau bisa memandu jalan mereka,”

”Aku juga berpikir begitu, dan mereka juga sudah menawarkan padaku untuk bersama-sama mereka, Kazumi, tapi aku kan harus memeriksa beberapa hal berkenaan dengan persiapan pernikahan kita. Karena aku tak tahu bakal selesai cepat, makanya aku menolak ajakan mereka. Dan ternyata, urusan persiapan pernikahan kita sudah beres semuanya. Kita tinggal menunggu hari dan tanggal yang sudah di tetapkan para tetua waktu itu,”

”Oh begitu, ya sudahlah, tapi kau tak keberatan kan menemaniku menunggu di sini,”

Takahiro tersenyum pada Kazumi yang memandang harap-harap cemas padanya.

”Tentu tidak, Kazumi. Lagipula, aku sedang tidak ada yang perlu dikerjakan. Ayah dan beberapa pekerja saat ini pun sedang menikmati waktu istirahat mereka sambil mempersiapkan festival tahunan desa kita. Apalagi, sebentar lagi akan banyak tamu yang berkunjung di desa kita, iya kan?”

Kazumi mengangguk dan kali ini pembicaraan mereka beralih pada persiapan festival tahunan Desa Momiji.

= # =

Irama musik riang menggema di ruang mobil besar yang dikemudikan Masumi. Sementara, jemari Masumi, sesekali mengetuk-ngetuk roda kemudi, mengikuti irama lagu. Tak jarang dari bibir Masumi terlantun nada, mengikuti sang penyanyi menyanyikan lagu tentang kebahagiaan cinta.

Sementara Sayuri tengah asyik bermain game bersama Hijiri, membuat Hijiri harus berkali-kali merasai coretan spidol ditangannya karena Sayuri sangat mahir memainkan game tersebut.

”Nona Sayuri, kalau main tidak boleh curang,”

Tegur Hijiri saat untuk kesekian kalinya, keyika Sayuri menorehkan warna merah di lengan kirinya.

”Mana? Sayuri tidak curang, paman aja yang memang tidak bisa. Iya kan?”

”Iya deh, terserah nona saja,”

Akhirnya Hijiri hanya bisa pasrah menanggapi Sayuri, sementara Sayuri terkekeh senang karena berhasil dengan sukses mengakali tangan kanan ayahnya ini. Setelah beberapa waktu bermain dan telah menang telak, Sayuri mulai bosan dengan permainan game bumper itu. Gadis kecil itupun meletakkan stick gamenya dan mulai mengalihkan pandangannya pada pemandangan di luar jendela.

”Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Bagusnya.......!!!!”

picture courtesy of shirakawa go
Keputusan Sayuri untuk berhenti bermain game ternyata tidak sia-sia. Matanya yang besar terpaku pada pemandangan indahnya desa yang akan mereka tuju dari puncak jalan.

“Itu Desa Momiji, paman?”

Sayuri bertanya pada Hijiri yang juga mengagumi keindahan desa yang seperti berada di alam khayal itu. Bahkan Masumi sampai menghentikan kendaraan untuk sekedar bersama-sama Sayuri dan Hijiri menikmati indahnya pemandangan.

“Benar, nona Sayuri, itulah Desa Momiji,”

“Bagus banget....”

Sayuri mendesah pelan, menyampaikan kekagumannya. Kepalanya kini terulur keluar jendela yang tebuka, berusaha menyerap lebih jelas keindahan pemandangan dan merasai hembusan udara segar musim panas yang menerpa wajah ayunya.

”Kau senang Sayuri?”

”Iya ayah, aku senang sekali! Terima kasih ya, ayah sudah mau menemaniku kemari,”

”Sama-sama, Sayang...”

Untuk sesaat mereka bertiga pun berhenti sejenak, menikmati indahnya pemandangan yang tersaji. Sesekali Masumi mengambil gambar dengan Nikon D60 miliknya. Bahkan Sayuri pun tak ketinggalan, mengikuti jejak ayahnya gadis kecil itu beberapa kali menjepretkan kamera digital pocket miliknya.

”Nah, Sayuri, sudah puas belum? Kita berangkat sekarang yuk?”

Sayuri pun mengangguk pada ayahnya, dan tanpa banyak bicara lagi, kembali masuk ke dalam mobil, diikuti Hijiri dan Masumi yang lantas menyalakan mesin dan melaju menuju Desa Momiji.

= # =

”Sepertinya itu mereka, Kazumi,”

Takahiro menunjuk pada mobil besar yang melaju dengan kecepatan sedang menuju arah mereka. Kazumi pun menatap penuh rasa ingin tahu pada arah telunjuk Takahiro. Dan benar saja, sebuah mobil adventurer keluaran terbaru tampak semakin mendekati halte tempat mereka menunggu. Takahiro pun beranjak menuju tepi jalan, mencoba mencari tahu apakah benar bahwa kendaraan tersebut adalah kendaraan yang membawa rombongan keluarga Hayami.

”Ayah! Itu paman Maeda! Wah, ternyata dia sudah sampai duluan,”

Sayuri berseru pada Masumi yang kini ikut-ikutan memandang penuh rasa ingin tahu ke sosok seorang pria yang berdiri di tepi jalan menghadap ke arah datangnya mobil yang dikendarainya. Dan segera saja senyum mengembang di wajah Masumi yang tampan saat mengetahui bahwa memang Takahiro yang tengah berdiri di tepi jalan. Sementara Hijiri yang berada di sisi penumpang segera menyadari, ada sosok lain yang ikut bersama Takahiro menunggu di halte.

’Nona Kazumi Okada juga ada?’

Hati Hijiri berdebar penuh antisipasi akan reaksi yang mungkin timbul dari atasannya, Masumi Hayami.

”Akhirnya, kalian sampai juga,”

Senyum selamat datang yang begitu tulus tersungging di wajah Takahiro yang tampan bersahaja saat menyambut Masumi yang baru saja menghentikan Toyota Land Cruiser Prado-nya. Sementara, dengan tidak sabar Sayuri membuka pintu dan turun dari kendaraan.

”Paman Maeda!”

”Hai, Cantik! Bagaimana? Senang selama perjalanan?”

”Iya paman, senang sekali! Tadi kami sempat berhenti, melihat pemandangan desa paman dari atas sana, waaaaaaaaaahhhhh.... Kereeeeennnnnnn!!!!!”

Sayuri menggambarkan kekagumannya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya dan senyum lebar di wajahnya yang cantik.

”Oh ya? Syukurlah kalau kau senang,”

”Benar Takahiro, Desa Momiji memang benar-benar indah, seperti sebuah tempat khayalan yang menjelma dalam kehidupan nyata,”

Masumi menimpali sambil tersenyum penuh penghargaan pada Takahiro yang tanpa dipungkiri menyunggingkan senyum kebanggaan di wajahnya.

”Syukurlah kalau kau juga menyukainya Masumi. Oh ya, selama tinggal di sini kalian akan tinggal di rumah keluarga Okada bukan? Kebetulan Kazumi, tunanganku yang merupakan anak gadis keluarga Okada juga ada di sini. Kazumi, sini, ini keluarga yang akan menginap di paviliun rumahmu. Masumi, Sayuri-chan, Tuan Hijiri, perkenalkan, tunanganku, Kazumi Okada,”

Masumi yang sedari tadi perhatiannya tersita oleh Takahiro, baru menyadari ada sosok lain yang juga tengah menunggu di halte bersama Takahiro. Dan yang dilihatnya benar-benar membuatnya terkejut. Apa yang dipesankan Eisuke padanya mengenai ketahanan jantungnya ternyata melebihi dari peringatan itu sendiri. Serangan jantung bukanlah hal yang tepat untuk menggambarkan perasaannya kali ini.

’Maya!!!!!’


> to be continued

*taiyaki : kue Jepang berbentuk ikan, bagian atas kue dipanggang terpisah dengan bagian bawah kue, setelah kue hampir matang, keduanya disatukan dengan selai kacang merah, kue ini juga sering diisi dengan cokelat, custard, keju, atau sosis. Taiyaki kualitas terbaik biasanya dinilai lewat isi selai kacang merah yang sampai di bagian ekor. Taiyaki awalnya adalah imagawayaki yang dicetak dalam berbagai bentuk binatang. Di Jepang, ikan tai adalah ikan mahal yang hanya dimakan rakyat untuk kesempatan istimewa. Penjual imagawayaki juga membuat kuenya berbentuk ikan agar rakyat yang jarang memakan ikan tai menjadi senang. Selain itu, ikan tersebut dipercaya sebagai pembawa keberuntungan, sehingga imagawayaki dalam bentuk ikan populer sebagai taiyaki.



38 komentar:

  1. Oh My God.....diundang ke pernihakan Takahiro???
    Kalau pengantin perempuan dah dipingit...trus ga boleh keluar gimana???? ga bisa mbayanginnnn........sayuri jadi pengiring??? lengkap dah kau Masumi...siap" aja terima nasib.....ga tau tar kalo takahiro tau siapa kazumi...trims Feather Pen....bagus bener..suka....lanjut ya...

    indah ~~~~~

    BalasHapus
  2. Ceritanya manis yah, semanis sayuri, jd makin gemesh, kapan ketemunya sih, mmm

    BalasHapus
  3. Astagaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

    BalasHapus
  4. Wah ampun sis makin deg2an saya bacanya.....kapan ketemunya nih 2 sejoli...lalu kalau sudah ketemu bgmn kelanjutan ceritanya haduuuuh .....jadi terbalik ya keadaannya dl masumi yg tunangan skrg maya huhhh...jadi keringat dingin bacanya.... Terimakasih sis utk storynya ditunggu krelanjutannya.... Anastasia

    BalasHapus
  5. haaaaaaaahhhhhhhhhh blm nyampe jg kapan ketemunyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa penasaaraaaaaaannnnnn

    BalasHapus
  6. hiyaaaa... Sis Feather Pen disini emg cerdas bgt dweh mengemas ceritanya...
    ga ada keinginan mengajukan karya ke penerbit besar sis?? km berbakat sekali lowh!!! ^^

    Sayuri-Chan.. km cantiq sekaliiiii!!! moga2 cepet bertemu sang Bidadari Merah yha ^3^

    BalasHapus
  7. kok aku yang nelangsa ya?
    gak siap hati kalo terjadi apa-apa sama MM

    BalasHapus
  8. Baca story ini dari hari ke hari...dari satu chapter ke chapter lain, bikin rasa penasaran makin nambah...imajinasi jg makin berkembang :) gak sabar nunggu lanjutannya! Sayuri channnn....you are so cute & smart! *flo*

    BalasHapus
  9. halo,salam kenal,ya.sori sudah masuk liat2 tanpa permisi dulu sama yang punya.aku suka sekali ceritanya, membuat orang penasaran ingin tau kelanjutannya terus.aku suka gaya penulisannya sangat teratur ceritanya tidak terputus2. 2 thumbs up.

    BalasHapus
  10. to indah

    really love your comment
    "lengkap dah kau Masumi...siap" aja terima nasib....."

    it's me laugh so loud XD

    thanks for being Sayuri's fans

    feel so honor to know that you loved this story

    BalasHapus
  11. to R'R'

    thanks God if you could caught the Sayuri's image as a sweet cuty girl

    thank you so much for being her big fans ^^

    BalasHapus
  12. to dewjaz

    kenapaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa? ^^

    BalasHapus
  13. to anastasia

    tenang saja, tidak sampai chapter ke 12 mereka akan bertemu kok ^^

    thanks for spending your time to read the Sayuri's story ^^

    BalasHapus
  14. to regina

    someday I'll try to publish my own story ^^
    wish me luck!

    anyway, have your program to get a daughter as Sayuri going on? XD

    thank you for being Sayuri's "mom" :)

    BalasHapus
  15. to gizuka-chan

    just prepare a big box of tissue ^^

    BalasHapus
  16. to flo

    do you?
    thank you so much for appreciating my story that much

    BalasHapus
  17. to gabriella

    hi, nice to meet you too
    with all my pleasure
    feel so honor to know that you loved my story ^^

    BalasHapus
  18. Nice Story....Semoga di chapter depan MM bisa ketemuan yach. Biar Masumi ga penasaran lagi kenapa dia diseret ke Desa Momiji. Yang pingsan Masumi atau Maya yach...^^

    BalasHapus
  19. to heri pujiyastuti

    hopefully they will meet sooner ^^

    BalasHapus
  20. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa................. kapan maya bs indat masumi ni.... grr,,,lanjudddddddddddddddddddddddd....*xixixi *

    BalasHapus
  21. AKU SUKAAA BANGET!!
    jadi penasaran kapan ada lanjutannya...
    what will happened to MM??
    *jadi galau gini

    BalasHapus
  22. Really love your story.....penasaran sama siapa ibunya Sayuri n kenapa Maya bisa sampe depressi n hilang ingatan......

    Get ready for a big box tissue????? hemmm why????? please update ASAP ya .... :P

    BalasHapus
  23. to chubby
    kira-kira kapan ya? ^^

    to naruhills
    let's find out together, what will be happen with Masumi-Maya next ^^

    to ivoneyolanda
    to shade the tears off course ^^

    btw, thank you so much for being my reader ^^
    it's makes me feel so honor

    BalasHapus
  24. akhirnya ketemu jugaa...... lanjuuutttt.. dah g sabar ni...

    BalasHapus
  25. OMG...
    baru jg selese baca udah pengen langsung up date lg
    top banget buat penasarannya

    BalasHapus
  26. aaaaah, makin penasaraaaaan, gmn reaksi Maya saat ketemu sm Masumi.
    I really like this story, good job sis. Membuat emosiku terkuras.
    Cepetan lanjut yaaaa.....

    BalasHapus
  27. Mayaaaaa!!!!

    Hahahahaha...suka...

    Wid Dya

    BalasHapus
  28. Sista, aku kena serangan jantung nie. Buruan apdet y. Biar cepet sembu nie serangan jantungnya. » :D:D "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ :D:D « . *lebay.com

    BalasHapus
  29. tidaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk,,, lanjuuutkaaaannnnn.......*ikutan jantungan*

    BalasHapus
  30. Kyaaaaaa.....mereka bertemuuuuuuuu........jantungku tambah deg2an.......gimana lanjutannya nih.......maya dah mau married lg......but sayuri jgn2anaknya shiory lagi.....huh makin curiga aja nih

    BalasHapus
  31. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH~~~


    pas baca mereka udah nyampe saja aku udah deg-degan duLuan yaa ampuuuuun~~~

    mereka ketemuuuuuuuu >0<
    akhirnyaaaaaa~

    deg2an nunggu Lanjutannya >0<

    ditunggu apdetannya Lagi yaa sist :)

    btw,, thanks before buat apdetannya kaLi ini <3

    -paZZa-

    BalasHapus
  32. degdegdegdegdeg!!! ikut jantungan bareng Masumi XDDD

    BalasHapus
  33. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH~~~


    pas baca mereka udah nyampe saja aku udah deg-degan duLuan yaa ampuuuuun~~~

    mereka ketemuuuuuuuu >0<
    akhirnyaaaaaa~

    deg2an nunggu Lanjutannya >0<

    ditunggu apdetannya Lagi yaa sist :)

    btw,, thanks before buat apdetannya kaLi ini <3

    -paZZa-

    BalasHapus
  34. MAYA!!!

    DAAAAARRRR!!!

    eeeehhh... di cut deeehhhh... to be continued.

    (jedot2in kepala ke tembok sampai mimisan)

    BalasHapus
  35. Masumi terkejut, jantung mau copot liat maya yg dah jadi kazumi...hehehe...tapi kazumi tenang" aja...kagak kenal ama Masumi ....pasti kazumi tambah cantik ya....makasih Feather Pen...lanjut ya????

    BalasHapus
  36. mati penasaran deh gara2 tk huhuhuhu, ngx yang asli, yang ini, sama2 membuat PENASARAN :'( sampe gak bisa tidur lo sis :D
    lanjutkan dan jangan lupa di share yah
    mo tidur dulu ah semoga besok udah nongol #12 nya BANZAAAI

    BalasHapus
  37. Jadii ikutan jantungaaan, kereen euy mba feather menulis nya

    BalasHapus

Please, just leave your comment here -Thank you-