Selasa, 23 Agustus 2011

The Adventure of Sayuri Hayami #7





Langkah kaki bersepatu coklat itu berayun di sepanjang trotoar pusat perbelanjaan Ginza. Sesekali langkahnya terhenti di sebuah etalase toko yang memajang berbagai produk kebanggaan mereka. Tak jarang, tangan mungil dan wajahnya yang cantik menempel pada kaca, untuk sekedar mengagumi keindahan barang yang dipajang.

Hari ini, Sayuri merasa senang, kakeknya akan pulang dari rumah sakit setelah lima hari di rawat karena serangan jantung. Makanya, tadi pagi ia membuka celengan Dorami-nya dan dia memaksa bibi Michi untuk menemaninya pergi ke toko hadiah untuk membelikan kado selamat datang buat Eisuke.

”Nona, jangan cepat-cepat!”

Terdengar suara bibi Michi memanggilnya di sela-sela lalu lalang para pejalan kaki.

”Nona Sayuri, tunggu!”

”Ayo dong bibi, jangan lama-lama, nanti keburu kakek pulang,”

Dengan wajah tak sabar, Sayuri berhenti menunggu bibi Michi menyusulnya. Sementara itu, bibi Michi tampak tergopoh-gopoh mempercepat langkahnya.

”Nona, jangan suka keluyuran sendiri, apalagi di tempat yang ramai begini. Ingat pesan kakek dan ayah nona,”

“Iya, iya... Makanya bibi Michi cepat dong... Sayuri kan mau buru-buru, takut kakek keburu pulang...”

Bibi Michi tersenyum pada Sayuri yang semakin tidak sabaran. Dan benar saja, begitu bibi Michi sampai di dekatnya, Sayuri segera menggandeng dan menarik tangan bibi Michi.

“Nona, pelan-pelan, nanti bibi jatuh,”

Sayuri hanya menyeringai jahil menanggapi seruan bibi Michi.

Berdua, mereka asyik mengamati satu persatu etalase toko, menimbang-nimbang, berdiskusi riang, bahkan berdebat kecil ketika Sayuri memaksa ingin masuk ke dalam toko mainan dan berencana membelikan kakeknya 1 set permainan minum teh.

Setelah sekian banyak mengamati etalase, akhirnya Sayuri dan bibi Michi sepakat masuk ke sebuah toko hadiah yang bernuansa lembut.

= # =

”Sekarang?”

Seorang pria dengan topi baseball dan jaket sport bertanya pada temannya yang mengenakan polo shirt biru. Sekilas orang melihat, mereka hanyalah dua orang pemuda yang akan pergi ke taman untuk sekedar bermain baseball ataupun olahraga ringan.

”Kita amati dulu situasinya. Sementara waktu ini memang masih aman, tapi jangan gegabah. Jangan sampai saat kita beraksi, tiba-tiba si bangsat Hijiri itu muncul dan mengacaukan segalanya,”

Dan rekannya mengangguk membenarkan, bagaimanapun, mereka tidak boleh sembarangan. Yang mereka hadapi kini bukanlah orang biasa, tapi Karato Hijiri, tangan kanan Masumi Hayami. Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk duduk di sebuah teras cafe yang menghadap langsung ke arah toko hadiah tempat Sayuri dan bibi Michi berbelanja. Mengamati dengan ketat keberadaan Sayuri yang tampak sibuk memilih hadiah melalui dinding kaca besar toko hadiah itu.

= # =

”Kalau yang ini bagaimana, bi?”

Sayuri mengangkat sebuah boneka keramik berbentuk seekor anak kucing yang tengah bergelung.

”Nona, masa mau memberi kakek nona boneka kucing?”

“Habisnya dibelikan apa dong, bibi Michi? Sayuri bingung nih,”

“Bagaimana kalau ini?”

Bibi Michi menunjuk sebuah kotak kacamata terbuat dari kulit dan berhiaskan ukiran ikan koi. Mata Sayuri terbelalak.

”Nggak, ah!”

Sahutnya spontan dan gelengan kepala yang kuat.

”Lho kenapa?”

”Kuno sekali kelihatannya, ga asyik!”

Bibi Michi tertawa kecil mendengar deskripsi  Sayuri mengenai barang yang dipilihnya.

”Jadi, bibi Michi kuno nih?”

“Eh, bukan begitu bibi, maksud Sayuri.... Aduh gimana yah... Bingung menjelaskannya,”

“Iya, iya... Bibi mengerti...”

Bibi Michi tersenyum lembut pada Sayuri yang kini kembali berjalan di antara rak-rak pajangan. Tiba-tiba, Sayuri berhenti di sebuah rak yang memajang patung kristal berbentuk miniatur seekor naga yang tengah melingkari sebuah bola besar. Dan ketika diamati dengan seksama, ternyata di dalam bola itu terdapat ukiran sebuah istana yang begitu indah.

Mata kanak-kanak Sayuri terpaku melihat keindahan patung kristal itu. Dia tahu, hadiah apa yang akan diberikan pada kakeknya.

”Bibi, ini!”

Sayuri mengacungkan telunjuknya pada patung kristal yang dimaksud. Dan saat bibi Michi melihat, ia tahu, selera mahal Sayuri sangat tepat untuk seorang Eisuke Hayami.

”Kira-kira, uang Sayuri cukup tidak, bi?”

Bibi Michi meraih patung kristal itu dan membaca label harganya. Dan ia pun tersenyum pada Sayuri yang menatap cemas ke arahnya.

”Cukup nona, tapi uang tabungan nona akan habis seluruhnya jika nona membeli ini, bagaimana?”

Sayuri tampak berpikir mendengar penuturan bibi Michi. Pandangan matanya bolak balik beralih antara patung kristal itu dan tas bibi Michi tempat ia menitipkan seluruh uang tabungannya. Dengan menghembuskan nafas kuat, senyum Sayuri pun mengembang ceria.

“Biar saja, bibi, tidak apa-apa. Nanti, Sayuri kan bisa menabung lagi,”

”Benar nona memilih yang ini? Tidak ingin mencari hadiah yang lain saja?”

”He-eh,”

Sayuri menjawab tegas pertanyaan bibi Michi disertai anggukan kuat-kuat, membuat bibi Michi tersenyum haru. Segera bibi Michi memanggil pramuniaga dan meminta tolong agar hadiah pilihan Sayuri di bungkus rapi.

Saat membuka pintu ayun dan keluar dari toko hadiah itu, senyum puas terpampang di wajah Sayuri. Dia tak sabar lagi ingin segera memberikan hadiah selamat datangnya pada Eisuke.

”Bibi, kita berlomba ke mobil yuk!”

Belum sampai bibi Michi membuka suara, Sayuri sudah berlari. Menghilang di antara lalu lalang para pejalan kaki di sepanjang Ginza.

“Nona, tunggu!!!”

Hati bibi Michi mencelos. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas dan situasi pusat perdagangan Ginza sedang padat-padatnya. Akan sangat sulit mencari Sayuri di tengah-tengah keramaian para pengunjung pusat perdagangan terbesar di Tokyo ini.

“Nona!!”

Bibi Michi berusaha mengejar Sayuri yang kini sudah tak tampak dalam jangkauan pandangannya. Mata bibi Michi mencari-cari, berusaha menangkap bayangan Sayuri.

‘Nona, kau ini bandel sekali!’

Hati bibi Michi bimbang, antara cemas dan kesal terhadap Sayuri. Namun, semakin ia tak melihat bayangan Sayuri, perasaan cemaslah yang semakin mendominasi hatinya.

= # =

“Ayo bergerak!”

Begitu melihat Sayuri melesat meninggalkan pengasuhnya, dua orang pria yang tengah mengamatinya dari cafe seberang toko turut bergerak. Mereka berpencar, masing-masing melalui trotoar jalan yang berbeda.

Dalam diam di tengah keramaian, mereka berdua saling bertukar isyarat, setiap salah satu dari mereka melihat keberadaan Sayuri di antara sekian banyaknya pengunjung Ginza. Mangsa mereka sudah di depan mata, dan mereka tak mau gagal lagi seperti saat di rumah sakit.

= # =

Semangat Sayuri terpacu ketika mengetahui bibi Michi tak bisa mengejarnya. Dengan terus berlari, sesekali ia menoleh ke belakang, mencari tanda-tanda kehadiran bibi Michi.

‘Yes! Aku pasti menang! Pasti aku sampai duluan di mobil!’

Sampai saat ia beradu pandang dengan seorang laki-laki berpolo shirt biru yang juga tengah melangkah buru-buru di belakangnya. Mata itu begitu tajam menatap lurus padanya dan sarat ancaman. Pikiran senang Sayuri terusik. Ia merasa diikuti dan diawasi. Bulu kuduk Sayuri meremang, seolah bahaya itu telah mengincarnya sejak lama dan kini berada tepat di belakangnya siap untuk menerkam. Jantungnya berdegup kencang oleh perasaan takut serta sesal yang mulai membayangi hati kecilnya, meredakan eforia kegembiraan karena berhasil mengecoh bibi Michi.

‘Bibi? Bibi Michi, dimana?’

Sayuri mempercepat larinya, berharap bisa meperlebar jarak antara dia dan laki-laki bermata seram itu. Langkahnya setengah gugup dan gemetar membuatnya nyaris jatuh terjerembab. Untung saja, Sayuri mampu menyeimbangkan tubuhnya.

Kembali ia berlari, menyelip-nyelip di antara padatnya pengunjung sambil berusaha menyembunyikan tubuhnya di antara orang-orang dewasa yang lalu lalang. Airmata mulai membayang di pelupuk matanya. Sungguh, kini Sayuri merasa ketakutan.

”Kya!”

Sebuah tangan menarik tubuhnya dan membekap mulutnya, membungkam suaranya. Dengan segala daya upaya yang dimiliki seorang anak kecil, Sayuri berusaha berontak. Meronta-ronta, sekuat tenaga.

’Ayah! Tolong Sayuri!’

Namun semuanya sia-sia, tenaganya tak cukup kuat melawan tangan laki-laki dewasa yang kini mendekap erat tubuhnya dan membekap rapat-rapat mulutnya. Jeritan batinnya yang meminta tolong pada Masumi hanya bergema di kepalanya. Sementara, lalu lalang orang masih saja silih berganti, tak peduli pada perjuangan seorang gadis kecil yang tengah berusaha untuk menyelamatkan diri.


= # =

”Apa?!? Bagaimana bisa bi?!?”

”Ma’af tuan muda, kami benar-benar minta ma’af, saat ini Jiro tengah menelusuri sepanjang Ginza untuk menemukan nona Sayuri,”

Suara bibi Michi terdengar terbata-bata dan menahan tangis. Masumi benar-benar tidak mengira kejadian ini terulang lagi. Terlebih lagi, Ginza adalah wilayah yang sangat ramai serta banyak orang asing yang berkunjung ke sana. Setengah geram setengah kalut, Masumi menyisir rambutnya. Kemungkinan-kemungkian buruk berkelebat dalam benaknya, memunculkan perasaan takut dan ngeri tak terperi dalam hatinya.

”Bibi Michi tunggu di sana, sebentar lagi aku meluncur ke sana. Juga beberapa orang akan aku kerahkan untuk membantu Jiro mencari Sayuri,”

“Baik tuan, sekali lagi, saya mohon ma’af,”

Begitu sambungan telepon dari bibi Michi putus, Masumi segera menekan keypad panggilan cepat pada ponselnya. Dengan tak sabar dia mendengar nada sambung yang berujung pada kotak suara.

”Arrrrgghhh!!!! Kau ini kemana saja sih?!?!?”

Masumi benar-benar gusar sekarang, di saat genting begini, Hijiri malah tidak bisa dihubungi. Merasa tak sabar, Masumi bergegas keluar ruangan.

”Mizuki, ikut aku ke Ginza!”

”Ginza, pak?”

”Iya, Sayuri menghilang di Ginza. Detailnya aku jelaskan di mobil, segera juga kau minta siapkan mobilku, aku akan membawanya sendiri ke Ginza,”

Tanpa menunggu jawaban Mizuki, Masumi bergegas ke arah lift yang kebetulan berhenti tepat di lantainya. Dengan sikap tak sabar, Masumi menekan tombol lantai dasar dan menunggu dengan hati berdebar tak tenang hingga tiba di lantai dasar.

= # =

Pandangan matanya mencari-cari, dengan penuh tanda tanya ia mengarahkan pandangan pada rekannya yang ada di seberang jalan. Dan hasilnya sama saja. Rekannya yang ada di seberang jalan pun mengangkat tangan, tanda ia pun tak mampu menemukan keberadaan Sayuri.

‘Sialan! Kemana larinya bocah tengik itu?!?’

Kegeraman dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua pria berwajah dingin itu. Sama seperti waktu itu, operasi mereka kali ini, gagal total.

= # =

Dari balik sebuah lengkungan gedung yang tersembunyi, mata tajamnya mengamati kedua laki-laki yang masih mencari-cari. Sementara Sayuri masih berontak di bawah pegangannya, walau kini gerakannya terasa lemah. Sepertinya Sayuri sudah kelelahan untuk berusaha melepaskan diri. Tapi ia tak mau mengambil resiko, selama dua orang itu masih tampak di sekitar pandangan matanya, ia tak berani melonggarkan pegangannya pada Sayuri.

Setelah sekian lama berdiam diri, akhirnya ia merasa keadaan mulai aman. Tiba-tiba ia merasakan sakit tak terkira pada tangannya. Ternyata, Sayuri menggigit tangannya sekuat tenaga. Gadis kecil itu benar-benar bertekad melepaskan diri, terlihat dari betapa kuatnya ia menggigit tangannya.

”Nona, tolong lepaskan! Sakit!”

Sayuri tersentak.

’Suara itu!’

”Paman Hijiri!”

Seketika Sayuri menghambur ke dalam pelukan Hijiri, menangis sejadi-jadinya menumpahkan segala rasa takut yang tadi dirasakannya. Menghadapi Sayuri yang menangis membuat Hijiri melupakan rasa sakit ditangannya akibat gigitan Sayuri. Dia tahu, pasti tadi pengalaman yang menakutkan bagi Sayuri. Dan mendengar tangis Sayuri membuat Hijiri disergap perasaan bersalah, andai saja dia terlambat sedikit saja, entah apa yang akan menimpa Sayuri.

= # =

”Bibi Michi!”

”Nona!”

Sayuri menghambur dalam pelukan bibi Michi yang segera membalas memeluk dan menciuminya melepaskan segala kekhawatiran yang tadi melingkupi hatinya saat Sayuri tak tentu rimbanya.

”Apakah nona baik-baik saja? Ada yang luka? Nona dari mana saja? Nona habis menangis ya?”

Bibi Michi sibuk memeriksa keadaan Sayuri, mengamati setiap jengkal wajah dan tubuhnya. Dan setelah yakin tidak ada luka di tubuh Sayuri, kembali ia memeluk anak asuhnya itu dengan sepenuh perasaan, menumpahkan segala perasaan lega dalam hatinya.

“Bibi, Sayuri minta ma’af ya... Tadi, Sayuri tidak menurut pada bibi dan sudah membuat bibi khawatir,”

Sayuri menatap penuh penyesalan pada bibi Michi, yang masih saja memeluknya dengan airmata berlinangan.

“Iya nona, iya... Yang penting sekarang nona sudah ketemu, ya...”

Sayuri mengangguk di pelukan bibi Michi.

“Nah, nona kecil, lain kali jangan berkeliaran sendiri yah?”

Sebuah suara menyadarkan bibi Michi, bahwa Sayuri tidaklah datang sendiri. Dipandanginya sosok yang telah mengantarkan Sayuri padanya. Pria yang sopan dan rapi penampilannya. Kening bibi Michi berkerut, ia seperti pernah melihat anak muda ini, tapi entah dimana.

”Terima kasih banyak tuan, telah menemukan dan mengantarkan nona kami dengan selamat,”

”Sama-sama, bi. Saya hanya kebetulan lewat dan menemukan nona kecil ini sedang kebingungan. Rupanya dia tersesat, dan ketika saya tanya, dia bilang sedang mencari bibi pengasuhnya yang mungkin tengah menunggu di mobil,”

”Untung nona bertemu orang sebaik tuan, terima kasih banyak tuan,”

”Sama-sama bi, dan kau nona kecil, jangan sampai tersesat lagi ya,”

Hijiri mengendipkan sebelah matanya dan Sayuri pun mengangguk mengerti.

”Bibi, saya mohon diri, sayonara,”

Hijiri membungkukkan badan memberi salam pada bibi Michi, dibalas dengan sikap serupa oleh bibi Michi. Sekilas di kejauhan, Hijiri melihat mobil yang di kendarai Masumi meluncur menuju ke arah mereka. Dan pandangan Hijiri bertemu dengan pandangan Masumi, tanpa berkata-kata, mereka saling mengucapkan salam dalam diam. Hijiri pun bergegas berlalu, menghilang di keramaian lalu lalang Ginza.

= # =

”Asa di sini,”

Asa menyimak suara penelepon yang menghubunginya. Gerakan matanya menunjukkan sesuatu yang genting tengah terjadi.

”Tuan, Hijiri,”

”Ya Hijiri?”

”Mereka sudah bergerak tuan, hari ini hampir saja mereka berhasil,”

Raut wajah Eisuke seketika mengeras begitu mendengar apa yang disampaikan Hijiri.

”Bagaimana bisa?”

Dan untuk beberapa saat, Asa menyaksikan raut wajah tuan-nya menjadi semakin mengeras, kedutan kemarahan terbaca jelas di sudut bibir dan matanya yang menyipit. Rupanya, apa yang disampaikan Hijiri benar-benar telah menyulut kemarahan Eisuke.

”Kau tahu siapa pelakunya?”

Dan Asa melihat wajah Eisuke semakin gelap.

”Baik Hijiri, terima kasih atas kerja bagusmu hari ini, tapi kita tak bisa bernafas lega. Masih banyak pekerjaan yang harus kita laksanakan, khususnya membereskan kroco-kroco sialan itu,”

”Baik tuan,”

”Jika Masumi menanyaimu, jawab saja, tapi jika dia tidak bertanya, tak usah kau jelaskan apapun padanya,”

”Baik tuan, saya mengerti,”

”Dan satu hal lagi Hijiri, tetap pasang matamu dan instingmu lebih awas lagi dari biasanya.  Rupanya sudah ada yang berani menyulut api peperangan terhadap Eisuke Hayami,”

Geretak rahang Eisuke menunjukkan kegeraman hatinya. Asa menghela nafas, merasakan aura kekejaman Eisuke yang tercium kental di udara.

”Asa, kita pulang sekarang,”

”Baik, tuan,”

= # =

”Sayuri!”

Suara Masumi memecahkan perhatian bibi Michi dan Sayuri yang masih menatap ke arah kepergian Hijiri. Sayuri menoleh ke asal suara dan ia melihat Masumi berjalan bergegas dengan diikuti Mizuki.

”Ayah!”

Sayuri segera menghambur ke arah Masumi, membuat Masumi serta merta menggendong dan memeluknya erat-erat.

”Kau tadi kemana saja? Tahu tidak kalau perbuatanmu itu sangat membahayakan dan membuat khawatir banyak orang?”

Sayuri hanya mengangguk, hati kanak-kanaknya masih mengalami trauma. Ia baru benar-benar meyadari betapa besar bahaya yang bisa menimpanya. Masumi menatap pada wajah Sayuri yang begitu keruh dan masih menyisakan ketakutan.

”Baiklah, kita pulang sekarang ya?”

Sayuri kembali mengangguk dalam pelukan ayahnya.

”Mizuki, kau bawa mobilku kembali ke kantor, aku akan mengantar Sayuri pulang dan aku tidak kembali lagi ke kantor. Kalau ada hal yang mendesak, kau telepon saja ponselku,”

”Baik pak,”

Mizuki menerima kunci mobil Masumi dan beranjak meninggalkan mereka setelah terlebih dahulu berpamitan pada semua.

”Bibi Michi, aku ikut mobil kalian saja,”

”Baik tuan muda, mari,”

Mereka pun bersama-sama memasuki New Honda Civic hitam yang memang diperuntukkan untuk keperluan Sayuri sehari-hari. Di dalam mobil, Sayuri masih saja menempel erat pada ayahnya. Tangan mungilnya terasa dingin dalam genggaman Masumi, dan Masumi pun baru menyadari, tubuh anak semata wayangnya ini sedikit gemetar.

”Kita pulang Jiro,”

”Baik tuan muda,”

Dan Jiro pun menjalankan mobil, berkendara dengan kecepatan sedang menuju kediaman Hayami.

= # =

”Tolong kau rinci kejadiannya,”

Masumi berbicara pada seseorang di seberang sambung ponselnya. Sementara tangannya membelai dengan lembut rambut Sayuri yang kini terlelap dalam pangkuannya.

Mendengar keterangan lawan bicaranya, Masumi mengepalkan tangan. Wajahnya menjadi begitu dingin dan sorot matanya berubah menjadi begitu menyeramkan. Jiro yang tanpa sengaja menatap ke arah Masumi melalui kaca spion, menjadi bergidik tanpa alasan yang jelas.

”Baiklah, terima kasih atas hari ini, nanti malam aku ingin kau menemuiku di tempat biasa,”

Masumi menutup sambungan telepon dan menyandarkan punggungnya di jok mobil yang nyaman. Sementara matanya memandang Sayuri yang masih terlelap, sepertinya hari ini anaknya mendapat pelajaran yang cukup berarti.

Masumi pun terjengit, kali ini dia benar-benar baru menyadari, menjadi anaknya berarti juga harus siap bergelut dengan bahaya yang mengancam dikarenakan label nama Hayami dibelakangnya.

Kenangan masa lalunya sebagai korban penculikan kembali melintas di benaknya. Kengeriannya masih bisa dirasakan Masumi hingga kini. Perasaan terancam dan ketakutan akan kehilangan nyawa masih meninggalkan trauma tersendiri dalam hati Masumi. Dan hari ini, berdasarkan keterangan Hijiri, Sayuri, anak semata wayangnya nyaris menjadi korban penculikan.

Masumi kembali membelai kepala Sayuri.

’Apapun yang terjadi, aku akan melindungimu, Bidadari-ku,’

Deg!

’Bidadari-ku?’

Deja-vu!

Masumi pernah mengucapkan janji itu pada seseorang di waktu yang lalu. Masumi menghela nafas panjang dan melayangkan pandangannya pada keramaian jalan di luar kendaraannya yang melaju.

= # =

”Sayuri, bangun sayang, kita sudah sampai,”

Masumi membangunkan Sayuri, namun gadis kecil itu nampaknya masih ingin meneruskan tidurnya. Masumi pun tersenyum dan kemudian membopong Sayuri, membawanya masuk ke dalam kediaman Hayami. Begitu sampai di dalam, Masumi terkejut. Ia lupa kalau hari ini Eisuke pulang dari rumah sakit.

”Ayah,”

Masumi mengangguk pada Eisuke yang duduk di atas kursi rodanya, terlihat sekali dia tengah menunggu kedatangan Sayuri. Tanpa kata-kata, Eisuke menatap mengerti pada Masumi ketika melihat Sayuri yang terlelap dalam dekapan Masumi.

Diam-diam Eisuke menghela nafas lega, hatinya tadi sempat khawatir setengah mati ketika mendengar laporan dari Hijiri. Dan kemarahan pun kembali menyelimuti hatinya saat mengingat apa yang disampaikan Hijiri padanya tadi.

’Mereka harus mendapat pelajaran setimpal!’


> to be continued

14 komentar:

  1. Waduh rencana ke momiji bagaimana nih... siapa yang mau culik sayuri???Haduh bikin tegang aja....tq u/ updatenya sista...

    BalasHapus
  2. omo..omo..omo...hampir saja,untung aja ada ninja hatori...^_^
    jangan2 liburan k momiji batal or bertiga mrk pergi nya ( hijiri+masumi+sayuri)..mmm...:)
    who knows..^^

    BalasHapus
  3. wahhhh...smkin penuh teka teki ini critanya...
    tapi menegangkan juga... hihihi...
    top de..
    penasaran yg terjadi 6 taon lalu.. pas deja-vunya masumi ttng bidadariku.. hmm... ada ap iah gerangan,,, tolonggg di lanjud... thxx

    BalasHapus
  4. kyaaaaaaaaa........ Sista Feather Pen Top Markotop dahh...... 4 thumbs up buat dirimu, tegang banget... fiuhhhh *ngusap keringat di dahi*
    ga sabar nunggu maya ama masumi ketemu muka.... kyaaaaaaa..... tetap semangat apdet yaaaa siss

    -Lina Maria-

    BalasHapus
  5. semakin mengarah kalau sayuri itu bukan anak maya. Nice to meet you Feather Pen.Good story.

    -Okada Sayuri-

    BalasHapus
  6. Story ini selain bikin penasaran, juga bikin imajinasi-ku terbang kesana kemari krn rasa penasaran yg belum terpuaskan ... penasaran utk tau kenapa maya menghilang? siapa ibunya sayuri? siapa sih org yg ada di belakang rcn penculikan sayuri? ETC ... All of it makes me keep imagining where this story will be ended :) Keep up the good works!

    BalasHapus
  7. Tetap berharap kalau Sayuri anaknya...ƍαќ sabar nunggu kabar liburan Sayuri ke desa momiji. Kira2 apa reaksi Masumi klo ketemu Maya yach, trus knp Maya sampe hilang ingatan...arrrggggghhhh..penasaran...(>_<)

    BalasHapus
  8. Orang2 yg mau culik sayuri tau Hijiri... berartiiii...most likely Hayami already knows who the people behind *think hard* Apa ini cuma sekedar balas dendam urusan bisnis aja? Atau lebih dari itu? Secara kalo hanya urusan bisnis, bukannya hampir semua lawan bisnis Hayami gak ada yg tau siapa Hijiri? * penasaraaaaannnnnn...!! Gak ada clue sama sekali nih! *

    -rini-

    BalasHapus
  9. ngg... MAsumi kenapa yah?
    apa iya Maya Masumi amnesia bareng apa gimana???
    lanjut sistaahhh ^0^
    *aku jg ga sabar ama pemaparan desa momijinya XD*

    BalasHapus
  10. Great story, sista :))
    I like your writing style, bahasa nya lugas and enak bwt dibaca. Hmm, I could easily imagine all the scenes. I like your Sayuri, she is adorable ^^ and I like how you portray Masumi as a single parent, bener2 mendobrak stereotipe, kan biasanya Maya yg digambarin jadi single parent XD Anyway, you are really doing a good job d(^^)b

    ~ Eugeunia ~

    BalasHapus
  11. Haaaiiii...bagus banget sistaaaa!! Seneng aku bacanyaaa..

    Cuman khayalanku aja ya, kyknya dulu Masumi kawin sama Shiory tp punya anak sama Maya. nah setelah itu terjadi sesuatu pd Maya sampai dia amnesia dan hilang. Trus at the same time Shiory mati entah krn apa.
    (saking pengennya Sayuri itu jadi anak Maya)..hehehehe...

    BalasHapus
  12. sopo sih yg punya niat jahat....... :(

    BalasHapus
  13. Jgn2 Sayuri anak masumi+shiori ya? tp shiori mati & eisuke ngga setuju maya pacaran ama masumi meski shiori dah mati???? tapiiii....sifat sayuri mirip ama maya.....
    jadiii....sayuri anak siapa siiiihhhh... ><
    penasaraan....penasaraan...

    *Liana*

    BalasHapus

Please, just leave your comment here -Thank you-